BMKG Waspadai Potensi Bencana Hidrometeorologi di Sulawesi Tengah Jelang Nataru
BMKG Waspadai Potensi Bencana Hidrometeorologi di Sulawesi Tengah Jelang Nataru
BMKG mengingatkan potensi bencana hidrometeorologi di Sulawesi Tengah menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, seiring meningkatnya curah hujan akibat dinamika atmosfer global dan regional.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim mengungkapakan Jika pada musim kemarau antisipasi difokuskan pada kekeringan dan gangguan darat, maka pada periode saat ini perhatian utama diarahkan pada banjir, banjir bandang, genangan, dan tanah longsor. Kondisi ini perlu diantisipasi secara serius karena hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi secara berturut-turut selama dua hingga tiga hari saja sudah berpotensi menimbulkan dampak signifikan di Sulawesi Tengah.
BMKG menjelaskan, berdasarkan analisis pola angin, aliran massa udara saat ini melintasi Samudra Pasifik yang kaya uap air. Kondisi tersebut meningkatkan peluang terbentuknya awan hujan di wilayah Sulawesi Tengah. Meski demikian, BMKG berharap hujan tidak terjadi secara terus-menerus hingga lebih dari tiga hari berturut-turut, karena hal tersebut berisiko tinggi terhadap infrastruktur dan keselamatan masyarakat.
Sejumlah ruas jalan strategis, termasuk Jalur Trans Sulawesi, menjadi perhatian khusus karena berada di kawasan rawan bencana. Oleh karena itu, BMKG menekankan pentingnya sinergi lintas sektor, termasuk dengan Bina Marga, BPTD, dan BPBD, melalui pemetaan bersama titik-titik rawan bencana agar langkah mitigasi dapat dilakukan lebih tepat sasaran.
“Peta kerawanan bencana yang dimiliki BPBD perlu di-overlay dengan data cuaca dan iklim dari BMKG, sehingga kesiapsiagaan dapat lebih optimal,” jelas BMKG.
Berdasarkan peta potensi curah hujan, wilayah yang diperkirakan mengalami intensitas hujan relatif tinggi selama periode Natal dan Tahun Baru meliputi Kabupaten Sigi, sebagian Parigi Moutong, Poso, Morowali, Morowali Utara, serta sebagian wilayah Banggai. Wilayah-wilayah tersebut juga beririsan dengan zona rawan longsor dan banjir, sehingga membutuhkan kewaspadaan ekstra.
Selain wilayah daratan, BMKG juga menyoroti kondisi perairan mengingat meningkatnya aktivitas transportasi laut selama mudik Natal. Secara umum, perairan Sulawesi Tengah berada pada kategori tinggi gelombang di bawah satu meter, yang masih tergolong normal. Namun, kondisi cuaca bersifat dinamis dan dapat berubah seiring pertumbuhan awan konvektif.
BMKG menyampaikan bahwa informasi cuaca dan gelombang laut akan diperbarui setiap hari, dengan tingkat akurasi mencapai sekitar 85 persen, mencakup prakiraan hingga tiga hari ke depan. Untuk periode Nataru, status cuaca di Sulawesi Tengah masih berada pada kategori kuning (waspada).
BMKG juga mengingatkan bahwa dampak hujan tidak hanya ditentukan oleh intensitas curah hujan semata. Faktor lingkungan seperti deforestasi, alih fungsi hutan, pertambangan, serta pemanasan global turut memperbesar risiko bencana. Curah hujan yang sebelumnya tergolong normal kini dapat menimbulkan banjir dan longsor akibat berkurangnya daya serap tanah.
“Oleh karena itu, sistem peringatan dini tidak hanya berbasis data cuaca, tetapi juga harus dikombinasikan dengan peta kerawanan wilayah,” tegas BMKG.
BMKG mengapresiasi peran aparat TNI-Polri, BPBD, dan pemerintah daerah yang menjadi garda terdepan di lapangan hingga ke wilayah pelosok. Kolaborasi lintas sektor dinilai menjadi kunci utama dalam mitigasi bencana yang efektif selama periode Natal dan Tahun Baru.
BMKG memastikan akan terus menyampaikan pembaruan informasi cuaca, curah hujan, dan tinggi gelombang laut setiap hari, guna mendukung keselamatan masyarakat selama libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

Posting Komentar